Rabu, 31 Juli 2013

Seputaran Band Metal dan Underground Comunity




Sejarah Aliran Musik Underground di Indonesia !

Rock dari Masa ke Masa
1. Era 70-80
Warna musik band di Indonesia sangat dipengaruhi oleh group barat yang ngetop waktu
itu seperti :
- Uriah Heep, Black Sabbath, Kiss, Led Zeppelin, Beatles, Kansas, Marillion, Yess, dll.
Jenis musiknya juga sudah bermacam-macam, mulai Rock, Blues, Rock n Roll,dan Art Rock.
Kayak Marillion, Yess, Genesis itu termasuk Art Rock, Beatles itu termasuk Rock kadang
juga Rock n Roll, Elvys Presley itu juga Rock n Roll.
Gaya peno
nton juga cuman ikut bergoyang ikuti musik, kadang lepas baju juga karena
gerah/sumuk he..he..
Di Surabaya ada terkenal cuman 2 band yaitu AKA band dan SAS
Karena teknologi masih kurang/minim, maka penggunaan efek guitar masih kurang,
sehingga penonjolan ada pada skill individu dan aksi panggungnya.
2. Era 80-90 an
Mulai bermunculan warna-warna baru dalam musik Rock dengan sound yang lebih garang,
speed menonjol, lengkingan vokal yang tinggi dan distorsi gitar lebih tebal. Seiring
dengan majunya perangkat efek gitar dan teknologi sound systemnya. Muncullah jenis
Heavy metal, Metalzone
Di ilhami dengan group band yang dari luar seperti Halloween, Metallica, iron Maiden,
Bon Jovi,dll,
maka muncullah di Indonesia group band seperti Adi Metal, Big Panzer, Kamikaze, juga
termasuk di Surabaya, banyak bermunculan group band seperti :
Boysster’s, Rock Trickle, Buldozzer, Lost Angels, Pumars, Red Spider, Power Metal,
Andromedha,dll.
Stage act atau aksi panggung tak kalah dengan yang sebelumnya, dan masing-masing
memiliki ciri khas sendiri2.
Seperti, Pumars, dengan kostum vokalisnya selalu memakai kostum Mummy,
Buldozzer, dengan kostum Dracula, Kamikaze – Style jepang ala Loudness.
Pada Era ini muncullah madzab musik : Heavy Metal, Hard Rock, Speed Metal
Karena aksinya yang tergolong “gila” maka mulailah para fans nya membuat geng-geng
yang mendukung group band nya masing-masing, dan ini menjadi cikal bakal seringnya
tawuran di saat ada live musik. Beberapa geng yang ada di Surabaya, Boy horor, Arodam,
Madhaz, Riot, Poezhink, Man No War
Aksi penonton mulai ada yang melakukan Head Banger, mengibaskan rambutnya yang
gondrong2 dengan kepala di goyang-goyangkan mengikuti beat lagu dengan salam metal 3
jari (yang kemudian salam ini dipakai oleh salah satu partai di Indonesia)
Pada era ini, sempat terbentuk wadah Rocker khususnya di Surabaya yang bernama “Mania
Rockers”, sempat eksi dan sempat pula mengirimkan wakitlnya untuk konser di Jawa
Tengah, Jawa Barat, dll. Saat itulah, Barometer musik Rock/Metal adalah di Surabaya.
3. Era 90 – 95 an
Warna musik masih sama, tapi banyak band baru yang bermunculan seperti String, Sound
Harness, Eclips, Phytagoraz, ertebe, Gletsyer, Krack, Crystal, dll.
Jenis musik Speed Metal masih jadi pilihan utama meski Trash Metal mulai juga dilirik
dan digarap oleh band-band yang baru.
SEPULTURA merupakan band jenis Trash Metal yang menjadikan jenis musik ini diterika
sebagai aliran Rock yang terkeras dan tercepat dengan vocal garang yang merubah pakem
Rock bahwa tidak harus bervocal tinggi..
Pada Era ini, Harpa Record sudah mulai tertarik untuk mengeluarkan album kompilasi
yang kelak kemudian diberi titel “Indonesian Rock & Metal” dan pada akhirnya booming 4
series album dalam kurun waktu cuman 4 tahun.
Beberapa group band yang memunculkan HITZ :
Andromedha dg lagu Lamunan
Big Panser dg lagu Bursa Metal
Kamikaze dg lagu Dewa Angin
Brigade Metal dg lagu Dendam Setan
Red Spider dg lagu Anak Liar
Pumars dg lagu Ambarawa
Pada era inilah merupakan kejayaan musik Rock di beberapa kota di seluruh Indonesia.
Tetapi kejayaan ini tidak bertahan lama ketika para fans maniak masing-masing band
yang memiliki geng-geng nya sendiri-sendiri mulai bersikap anarkhis, mau menang
sendiri, pengen di akui ingin menjadi geng yang terkuat terbesar dan banyak anggota,
maka mulailah disetiap pentas live musik Rock, diwarnai dengan tawuran, kekacauan
bahkan sampai sempat menimbulkan korban jiwa juga.
Peristiwa konser SEPULTURA di Surabaya yang kacau dan juga METALICA di Jakarta yang
berbuntut kekacauan yang dramatis menyebabkan akhirnya pentas musik Rock dilarang
untuk jangka waktu yang cukup lama..
4. Era 95 -2000
Pada periode ini musik Rock mengalami stagnasi yang parah. Disebabkan karena
kekacauan, aksi brutal dan kekisruhan disetiap live musiknya, yang berujung kepada
pelarangan pentas untuk musik-musik sejenis ini. Hampir mati mungkin sudah sekarat
musik Rock di hampir seluruh negri…
Kejenuhan terjadi, susahnya penyelenggaraan konser Rock, masuknya aliran alternative
yang dibawa oleh Nirvana dan faktor udzurnya Rocker2 era 80-90 an. Kaderasasi mulai
dipikirkan oleh mereka para penggemar musik Rock.
NIRVANA sebagai musik alternatif menumbuhkan gairah baru di para Rocker, dengan
cordnya yang simpel maka banyaklah lagu2 nirvana yang di adopsi mereka.
Skill mulai tidak diperhatikan, speed, harmonisasi dan beat-beat indah yang dulu
selalu ada mulai tenggelam. Bahkan distorsi dan efek gitar tidak lagi menjadi kekuatan
melainkan hanya menjadi noise saja yang tidak bermanfaat.
Banyaknya group band yang masih menganut faham metal jenis sebelumnya yang tidak lagi
terperhhatikan, tak lagi dapat konser di panggung, tak lagi ada prodiuser yang
melirik, hal ini menyebabkan munculnya jenis baru di blantika musik yakni musik
UNDERGROUND, mereka bermainnya diam-diam, merekam kasetnya sendiri dan menjualnya
sendiri, dengan ciri-ciri wajah di balut cat minyak semacam topeng seperti KISS di era
80 an, musiknya mengutamakan speed, skill, harmonisasi dengan ciri vokal adalah
ditariknya nafas ketika mereka menyanyi, sebalinya dari umumya vokal yang nafasnya
dikeluarkan.
Maka terdengarlah suara-suara teriakan yang menyayat dan aneh.
Speed mereka di atas METAl dan di atas TRash Metal padahal Trash Metal adalah speed
dan beat tercepat pada era itu. Akhirnya jenis musik UNDERGROUND ini diterima di
Masyarakat yang juga masyarakat Underground.
Dengan suara yang khas seperti teriakan-teriakan aneh, musiknya dan liriknya banyak
menggambarkan masalah kematian, maka tidak heran jika nama group band mereka juga
berhubungan dengan masalah2 kematian seperti LIANG LAHAT, ROH KUDUS, KAFFAN, PEJAH
(MATI), dll.
Maka muncullah komunitas baru yakni Underground dengan jenis musik beberapa macam
seperti :
1. Black Metal
2. Hardcore
3. Grindcore
4. Brutal Death
5. Death Metal
6. Gothic ,dll

Kabar Band Metal Lokal Kita !


Outright Baru Saja Menuntaskan UBHC Tour 2013


BAND hardcore asal Bandung Outright yang digawangi Hardi (vokal), Bharata (gitar), Irvan (bas), dan Ryan (drum), baru saja menuntaskan sebuah rangkaian tur dalam balutan United by Hardcore (UBHC) 2013. Dalam lawatan melakoni 13 gigs di 12 kota di 3 pulau ini, Outright menggamit dua band lain yakni Fraud (Surabaya) dan Secret Weapon (Pontianak). Khusus untuk rangkaian tur di kota-kota Jawa Tengah, Outright mengajak pula Injected (Bandung). Dari segi formasi, kali ini Outright dibantu Luke dari Hell Beyond sebagai pengganti Bharata yang berhalangan.
Tur ini dibuka dengan sebuah panggung di Bekasi pada 8 Juni. Namun sangat disayangkan jadwal pembuka ini harus mengalah pada hujan yang turun tanpa henti sampai membuat sound system tidak berfungsi. Penampilan yang sudah ditunggu-tunggu di Bandung pun harus hangus karena pihak berwajib menghentikan acara setelah band ketiga naik panggung. “Ya udah lah, biar aja. Kita udah biasa bikin gigs dan dibubarkan. Selama temen-temen masih dukung, kita pasti bakal maju terus!” ujar Ryan ketika ditanya bagaimana perasaannya saat gagal manggung di kota sendiri.
Gagal di dua jadwal pembuka memang tidak menyurutkan semangat rombongan berandalan tur UBHC 2013 untuk terus melaju ke Tasikmalaya, Bandung, Yogyakarta, Salatiga, Magelang, Sidoarjo, Kediri, Malang, Surabaya, Bali, dan Lombok secara nonstop.
Surabaya sebagai rumah dari Fraud pun menyambut rombongan berandalan UBHC 2013. Di panggung terbentuk kolaborasi dadakan antara Outright, Secret Weapon, Fraud, dan Full Frontal. Setelah itu mereka kemudian bertolak ke pulau Bali, di mana lagi-lagi rombongan berandalan ini dijamu dengan secara maksimal oleh tuan rumah. Sayang panggung di Bali pun harus dihentikan karena terjadi kemunduran waktu. Padahal kalau dari sisi panggung dan crowd, setting gigs yang satu ini sudah dapet banget. Outright dan Secret Weapon pun memutuskan untuk kembali menggelar sebuah gigs penutup setelah mereka kembali dari Lombok.
United By Hardcore 2013 ini memang berhasil menambahkan Pulau Lombok. Setelah beberapa kali melakukan tur di Pulau Jawa dan Bali, tentu saja hal ini menjadi salah satu poin tambahan yang membuat semua rombongan tur senang. Sebab, walaupun waktu yang dimiliki cukup singkat, mereka semua berhasil setidaknya bertemu dengan para Die Hard Friends — sebutan untuk fans Outright — Lombok yang telah menunggu lama untuk menyambut rombongan tur UBHC 2013 dengan antusias. Sayangnya, Fraud tidak dapat ikut meramaikan gigs di Lombok dikarenakan ada alasan pribadi yang mengharuskan mereka kembali ke Surabaya secepatnya.
Akhirnya, Twice Bar (Tattoo Shop) yang berlokasi di Poppies Lane II, menjadi tempat di mana UBHC 2013 berakhir. Kolaborasi seru dengan Erick (Secret Weapon, Pontianak), Anton dan Bejo (Target Lock, Malang), Gustra (Lorong, Bali) tersaji di atas panggung yang berhasil makin membuat area moshpit banjir keringat. Semua yang datang pasti setuju kalau malam itu Twice pecah dan meledak! Total!
United by Hardcore 2013 Tour ini tak akan mungkin dapat terlaksana tanpa dukungan dari para Die Hard Friends dan tuan rumah yang telah menjamu rombongan berandalan ini dan membantu terwujudnya rangkaian. Sekali lagi, kekuatan komunitas bawah tanah membuktikan bahwa untuk menjalankan rangkaian tur 3 pulau 12 kota dan 13 panggung, mereka tidak membutuhkan sponsor besar. Support and Respect!

Seputaran Racing

Satria FU !!!


5 CDI RACING FAVORIT PENDONGKRAK PERFORMA SATRIA FU STANDAR | Versi satria155.com

1. BRT (HYPERBAND DAN DUALBAND)
BRT Powermax
Tak bisa dipungkiri, inilah salah satu merk CDI racing yang paling populer di tanah air, tidak hanya di kalangan FU tapi juga di kalangan motor lain. Reputasi CDI BRT sudah dikenal luas bahkan sampai ke negeri seberang sana. Pilihan produk yang lengkap tersedia untuk semua jenis kebutuhan dan tipe motor menjadi salah satu keunggulannya. CDI ini juga dikenal bandel alias awet, mungkin karena insinyurnya, -pak Tommy Huang- telah membenamkan fitur Automatic Low Voltage Protection (ALVP) yang mampu melindungi CDI rancangannnya ini dari salah satu penyebab terbanyak kerusakan CDI; aki tekor.
Nah, diantara berbagai pilihan CDI BRT yang tersedia dipasaran, yang paling favorit diaplikasi di kalangan pengguna Satria FU adalah Tipe BRT Hyperband dan BRT Dualband (pada pengembangan terbaru dikenal sebagai BRT Powermax Series). Walau sudah sangat populer, namun dikalangan rider pemula yang sedang berburu cdi racing, seringkali ada saja yang masih belum mengerti, Apa sih bedanya tipe hyperband dan dualband ini?
BRT Hyperband
Begini saja, biar gak bingung, anggap saja Tipe Hyperband ini seperti halnya CDI standar anda, tapi tanpa limiter atau pembatas rpm. CDI Hyperband yang unlimiter ini diklaim mampu melayani putaran mesin hingga 20ribu RPM. Inilah mungkin kenapa disebut sebagai Hyperband, karena rentang rpm yang bisa dicapai oleh motor jadi lebih ‘hyper’, lebih lebar. Sehingga memungkinkan anda mengail puncak tenaga motor lebih tinggi dari biasanya. Dengan cdi ini,Satria FU pun bisa digeber sampai batas kemampuan rpm maksimalnya, gak lagi terhambat limiter cdi standar yang bikin brebet begitu menyentuh 11rb rpm. Pemasangannya pun simpel seperti halnya cdi standar, tinggal colok langsung bisa grengg. Tak perlu pencet pencet tombol atau otak atik pengapian lagi. Karena memang cdi ini hanya memiliki satu kurva pengapian saja didalam memorinya. Tapi walaupun cuma satu kurva, tentu saja kurva ini merupakan kurva pengapian yang sudah dioptimasi dan dikembangkan terlebih dahulu oleh tim riset para master cdi di markas Bintang Racing Team, Cibinong Bogor.
BRT Hyperband
Lalu kalo BRT Dualband bagaimana?
Ya sesuai namanya, jika pada hyperband hanya menganut kurva pengapian tunggal, maka didalam memori cdi DUALband ditanamkan DUA jenis kurva pengapian berbeda. Dua kurva ini bisa diaktifkan atau dinonaktifkan bahkan ketika motor dalam kondisi jalan. Sebut saja kurva A dan kurva B, kedua kurva ini memiliki perbedaan dalam derajat timing pengapiannya sebanyak 2 derajat (2”). Jadi kurva B lebih advance 2” daripada kurva A.
BRT Dualband
Apa fungsinya dua kurva berbeda ini? tentu saja untuk menyesuaikan dengan kebutuhan penggunaan motor, dan juga spek setiap motor yang bisa berbeda. Terutama terkait dengan kompresi mesin, oktan bahan bakar, debit bahan bakar, cc, dan modifikasi sektor mesin lainnya.
Ada 4 jenis kurva pengapian yang dirancang BRT untuk CDI Dualband, yaitu Kurva Standar, Tune Up, Racing, dan Kompetisi. Keempat pilihan kurva ini dipasang-pasangkan dalam 3 tipe CDI Dualband yang berbeda untuk disesuaikan dengan spek dan kebutuhan mesin yaitu :
#Dualband Tipe ST (Standar/Tune Up) :
Kurva A adalah kurva Standard tanpa limiter (kurva yang dipakai di hyperband), kurva B adalah Kurva Tune Up dengan timing pengapian 2” lebih tinggi (advance) dari Standar.
Direkomendasikan untuk Mesin Standard dan Semi Tune Up, Bahan bakar Premium/Pertamax, Kompresi 9:1 s.d 10,5 : 1
#Dualband Tipe TR (Tune Up / Racing) :
Kurva A adalah kurva Tune Up, Kurva B adalah Kurva Racing dengan dengan timing pengapian 2” lebih tingi (advance) dari kurva tune up.
Direkomendasikan untuk Mesin Semi Tune Up dan Full Modifikasi, Bahan bakar Pertamax plus/bensol, Kompresi 10,5:1 s.d 13,8 : 1
#Dualband Tipe RK (Racing/Kompetisi) :
Kurva A adalah Kurva Racing, Kurva B adalah kurva Kompetisi dengan timing pengapian 2” lebih tinggi (advance) dari kurva Racing.
Direkomendasikan untuk Mesin Full Modifikasi / Race Only, Bahan bakar Bensol, Kompresi 12,3 :1 s.d 16 : 1
Bicara distribusi penjualan, tipe CDI ini baik BRT Hyperband maupun Dualband dapat ditemukan dengan mudah di berbagai toko speedshop baik offline maupun online. Soal harga memang kadang variatif, tapi tak jauh dari rentang harga Rp. 500 – 550 rb.
O iya, untuk CDI BRT ini tidak disarankan dipasangkan dengan koil racing aftermarket. Pabrikannya lebih menganjurkan dipasangkan dengan koil orisinil motor untuk mendapatkan performa terbaik dari CDI BRT ini.

2. REXTOR (TUNABLE DAN ADJUSTABLE)
Nama besar Rextor memang tak perlu diragukan lagi sebagai salah satu brand cdi papan atas di tanah air, dan terutama sangat terkenal dengan CDI programable-nya. Deretan CDI Programable kelas atas seperti Rextor Monster dan Rextor Pro Drag sudah sejak lama jadi andalan tim-tim balap motor baik diajang road race maupun drag bike. Toh, diluar deretan CDI programable nan canggih berharga jutaan ini, rextor juga menyediakan pilihan CDI racing non-programable untuk kategori kelas pemula alias Entry Level dengan harga yang lebih terjangkau. Jika dikelas ini BRT punya Hyperband dan Dualband, maka Rextor juga punya dua jagoan andalan sebagai tandingan, yaitu Rextor Tunable dan Rextor Adjustable, dua-duanya tersedia untuk Satria FU.
Rextor Tunable adalah versi paling ekonomis dari lini produk CDI Rextor dengan satu kurva pengapian atau single map yang sudah dioptimasi oleh tim riset Rextor dan konon sanggup melayani putaran mesin s.d 21.500 RPM. Kelebihan dari Rextor Tunable adalah karena disediakannya fitur PPA atau Pulse Position Adjuster. Rextor Tunable
Apa fungsi dari PPA ini?
Anda mungkin pernah mendengar tentang modifikasi timing pengapian secara manual yang suka ditempuh mekanik dengan cara modifikasi sensor pick up pulser yang berada di magnet motor dengan tujuan untuk menggeser timing pengapian.
Nah, fitur PPA di CDI rextor ini berfungsi sebagai pengatur posisi pulser namun dengan cara digital, jadi tak perlu lagi maen bubut tonjolan pick up pulser, cukup dengan memutar PPA ke kiri atau kekanan pakai obeng min. Secara otomatis semua timing atau kurva pengapian dari langsam sampai top timing akan bergeser maju atau mundur sesuai putaran PPA. Dengan fitur PPA pengatur posisi pulser ini, timing pengapian motor di semua RPM dapat digeser maju (advance) ataupun mundur (retard) sampai dengan max 4 derajat dari posisi standarnya. Mungkin itulah kenapa cdi ini disebut “Tuneable”, artinya bisa di “tuning” lagi untuk mencari kurva pengapian yang lebih pas sesuai kebutuhan mesin.
Pengatur Pulser CDI Rextor
Lalu bagaimana dengan Rextor Adjustable? Apa bedanya dengan versi Tunable?
Simpelnya begini, versi Adjustable menawarkan opsi ‘tuning’ yang lebih luas dibanding versi Tunable. Karena selain dibekali fitur PPA, didalam memori CDI Rextor Adjustable ini juga telah dibenamkan 16 pilihan kurva pengapian berbeda hasil riset dari pabrikan Rextor, semuanya disimpan dalam satu unit CDI ini. Setiap pilihan kurva ini dapat diaktifkan dengan memutar tombol selector di badan CDI yang disebut MMS (Map Selector Switch).
Rextor Adjustable with PPA and MSS
Jika di BRT Dualband pilihan kurvanya dinamai dengan sebutan Standar/Tune Up/Racing/Kompetisi, maka di rextor adjustable ada 16 Kurva yang dilabeli dengan 10 angka dan 6 Huruf, yaitu Kurva 0 – 9 , dan kurva A – F.
Kurva 0 s.d 3 adalah variasi mapping pengapian CDI standar yang sudah dioptimasi oleh rextor sehingga punya karakter yang berbeda.
Map 0 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang terbagi merata disetiap putaran mesin
Map 1: Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang dioptimalkan di putaran 1000 – 6000rpm (putaran bawah)
Map 2 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 4000 – 8000rpm (putaran tengah).
Map 3 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 8000 – 13000rpm (putaran atas)
Sedangkan 12 Map sisanya adalah kurva pengapian khusus, hasil pengembangan tim riset rextor yang disiapkan untuk mesin yang sudah mendapat sentuhan modifikasi. Jika di BRT antara satu Map kurva dengan lainnya berbeda 2″ pengapian, kalau di Rextor adjustable setiap pilihan map (Map 4 – 9 dan Map A-F) memiliki perbedaan derajat timing advance 1” lebih maju. Timing advance paling tinggi ada di MAP F. Top timing diset di RPM 10.000, dan sanggup melayani geberan mesin sampe sampai 21.500rpm. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Map Pengapian Rextor Adjustable
Dengan berbagai fiturnya ini, Rextor adjustable dibandrol di kisaran harga Rp.550.000,- sedangkan versi Tunable dilego lebih murah lagi, sekitar Rp. 380.000.

3. ANDRION XP (301MC Stage 02)
Andrion XP Stage 02Sekitar 4 tahun lalu, merk CDI ini sempat booming sekali dikalangan FUers. Hadir dengan berbagai tingkatan produk, salah satu yang terlaris di kalangan FUers adalah tipe XP HP7; CDI entry level dengan single map fixed, dibandrol pada harga kisaran 500rb. CDI XP HP7Dilihat dari fiturnya, dulu XP HP7 adalah pembanding paling pas head to head dengan BRT Hyperband. Sayangnya entah kenapa, tipe HP7 ini sekarang sudah tidak diproduksi lagi.
Saat ini, tipe paling ekonomis yang tersedia untuk satria FU dari deretan lini produk CDI Andrion XP adalah tipe 301 MC Stage 02 yang dibandrol dengan harga 750rb. Dalam tingkatan produk Andrion XP, tipe ini sejatinya merupakan pengembangan lanjutan dari tipe cdi dibawahnya yaitu 301MC (yang juga sudah tak ada di pasaran), mungkin karena itu dibelakang namanya kemudian disematkan label Stage 02. Sehingga sering juga disebut sebagai XP 2 Power. Mungkin karena dispesifikasinya disebutkan bahwa cdi ini didesain dengan sistem Double Phase System alias dua tenaga penggerak (saya juga gak terlalu mudeng apa artinya, maklum awam bro hehe), yang jelas menurut pabrikannya; khasiatnya supaya sanggup menciptakan api yang tebal dan padat secara konstan sampai rpm tinggi.
XP 301 Stage 02
Dengan ukuran cdi yang sedikit bongsor, 301 Stage MC 02 ini menjanjikan suplai pengapian stabil dan konstan 370 – 375 Volt yang diklaim sanggup melayani kitiran mesin hingga 40.000 RPM sekalipun. Walaupun merupakan jenis CDI Fixed alias satu kurva pengapian tetap, tapi cdi ini juga telah dilengkapi fitur Advancer System, berupa switch pengatur timing advance yang terletak di badan cdi. Cara kerjanya mirip dengan fitur PPA di rextor tuneable dan adjustable, timing pengapian dapat dimajukan atau dimundurkan secara manual dengan memutar switch pengatur menggunakan obeng min.
Advancer Switch XP 301MC
Workshop CDI XP yang dikomandani bro Andres ini bermarkas di Pondok Gede, Jakarta Timur. Untuk informasi lebih lengkap tentang CDI ini silahkan mengunjungi halaman Fanpage Facebook XP Andrion


4. CHEETAH POWER
Kehadiran CDI Cheetah Power di pasar CDI tanah air harus diakui merupakan sebuah terobosan baru yang membawa angin segar. Jika dulu cdi tipe programmable dikenal mahal dan hanya lumrah dipakai oleh motor motor balap saja, maka Cheetah Power membuat gebrakan dengan menelurkan beragam pilihan CDI programmable tapi dengan harga yang terjangkau dan mudah diaplikasikan di motor-motor harian. Dari mulai kelas termurah dibawah 500rb sampai harga jutaan pun tersedia, dan asyiknya: semuanya full programmable. Didalam paket pembelian CDI ini sudah komplit disertakan kabel USB penghubung CDI ke laptop/pc serta Compact Disc (CD) yang berisi software dan pdf petunjuk penggunaan. Bahkan didalam cd juga dilengkapi dengan beberapa contoh mapping hasil riset Cheetah Power untuk berbagai tipe motor yang bisa langsung dipakai ataupun dimodifikasi lagi.
Cheetah Power Programmable Series
Menilik rentang harganya, tipe cdi cheetah power yang dapat dikategorikan entry level (berdasarkan harga, bukan fitur) ada 3 tipe yaitu tipe CP New Classic, CP New Amateur, dan CP Pro Mini. Tipe New Classic dibandrol 425rb saat ini, Amateur dihargai 570rb, dan Pro Mini 770rb.
Apa perbedaan ketiga tipe CDI CP ini?
Secara garis besar, perbedaan utamanya terletak di output energy dan kapasitas memori setiap cdi (jumlah map/kurva yang dapat disimpan di dalam cdi). CP New Classic memiliki dua pilihan map yang dapat dipakai untuk menyimpan dua mapping kurva pengapian, CP Amateur memiliki 3 pilihan map, sedangkan CP Pro Mini dibekali 10 map. Pengaktifannya sama seperti halnya tombol switch pengatur kurva di BRT dualband, di CP menggunakan ‘map selector’ yang dapat diaktifkan untuk memilih map dalam kondisi motor mati ataupun hidup. Fitur unggulan lain yang ditanamkan diketiga tipe CDI CP ini adalah adanya pilihan tipe lentikan busi, mau Single Spark atau Multispark. Kalau saya tidak salah tafsir, multispark ini artinya adalah kemampuan memantik percikan api busi secara berantai atau berturut-turut (lebih dari sekali dalam tempo singkat). Tujuannya supaya proses pembakaran lebih optimal, karena api busi mampu bertahan lebih lama untuk membakar tuntas setiap molekul mixture bbm yang ada diruang bakar.
Programmable gak plug n play?
Banyak rider merasa keder duluan kalau mendengar istilah ‘cdi programmable’. Alasannya takut ribet, gak plug n play. Anggapan yang salah, karena sebenarnya cdi programmable pun Plug n Play, tinggal colok, bisa langsung gaspol. Bosen ya tinggal copot. Contohnya seperti cheetah power ini, dari pabriknya sudah dibekali mapping timing pengapian hasil riset cheetah power yang bisa langsung dipakai di motor. Yang membedakan adalah ketika CDI ini sudah ada ditangan, si pemakai memiliki opsi alias ‘kebebasan’ untuk memodifikasi lagi kurva pengapian didalam cdi jika merasa kurang cocok dengan kurva bawaannya. Modifikasi ini bisa berupa ubahan timing sebagian (hanya di rentang RPM yang dirasa kurang, misalnya edit timing di putaran tengah saja) ataupun merombak total keseluruhan kurva (menyusun ulang dari awal). Tapi jika si pengguna ternyata sudah merasa puas dengan timing pengapian bawaan cdi nya, ya sudah, tak perlu lagi diotak-atik, tak mesti colok-colok ke laptop lagi.
Software Cheetah Power
Bagaimana cara setting cdinya?
#Buat rider yang baru pertama kali menyusun kurva pengapian, metode pemograman cdi cheetah power ini juga cukup mudah untuk dipelajari dan dipraktekan. Baca buku petunjuknya, install softwarenya di laptop/pc, selanjutnya kita hanya perlu mengisi nilai-nilai derajat pengapian disetiap rentang RPM yang tersedia. Susunan derajat pengapian yang kita masukkan di tabel juga langsung divisualisasikan dalam bentuk grafik kurva sehingga mudah dibaca. Kurva pengapian yang sudah ‘jadi’ bisa langsung kita transfer ke memori CDI ataupun disave dulu di hard disk komputer. Ada banyak contoh kurva yang dapat dijadikan patokan awal untuk riset sendiri.
#Untuk menyusun kurva pengapian CDI Cheetah Power, timing pengapian dapat disusun berjenjang setiap 50 RPM dengan nilai derajat kenaikan/penurunan timing 0,25″. Jadi misalnya di RPM 2000 timing pengapian diset 15”, maka kita bisa lanjut mulai RPM 2050 dengan timing 15,25”, RPM 2100 timing 15,50”, RPM 2150 timing 15,75” dst. Kalau dihitung, total ada 489 step dari mulai RPM 600 s/d RPM 25000. Sangat rapat dan detail, sehingga setiap perubahan timing di setiap rpm terasa lebih halus dimesin.
#Jika merasa repot menyusun timing satu persatu per RPM, bisa juga menggeser keseluruhan kurva dengan hanya merubah angka “Angle” posisi pulser saja. Dengan cara merubah nilai Angle pulser ini, otomatis semua timing dari rpm 600 s.d 25rb akan ikut bergeser juga. Di CDI Cheetah power, kita juga bebas menset limiter di batas RPM berapapun sesuai keinginan kita. Misalnya limiter ingin diset di RPM 13.500 untuk antisipasi jangan sampai mesin jebol karena ketinggian RPM, maka kita cukup mengisikan angka timing 0 dari mulai rpm 13.500 keatas, dijamin motor brebet begitu menyentuh rpm 13.500. CP Old Classic satria FU
Kebetulan, CDI cheetah power ini merupakan cdi racing pertama yang saya gunakan di satria FU saya. Waktu itu tipe yang saya pakai disebut CP300v, saya tebus dengan harga 300rb rupiah saja. Dulu kalau mau nyetingnya cukup repot karena memakai keypad /remote. Setelah sempat berganti CDI, sekarang pun saya kembali memakai cheetah power namun tipenya classic versi lama, sehingga fitur-fiturnya tidak selengkap versi New Classic yang sekarang.
Workshop CDI Cheetah power ini dikomandani bro Rudi dan bermarkas di daerah Muara Karang, Jakarta Utara.
5. PREDATOR
Predator CDIDibandingkan nama-nama CDI racing yang sudah disebutkan diatas, CDI Predator ini terhitung paling muda alias new comer. Walau tergolong pendatang baru, tapi gebrakannya tak bisa dianggap remeh lho pemirsa. Beberapa teman FUers yang saya kenal sudah banyak yang mencicipi citarasa CDI Racing made in kota gudeg Jogjakarta ini di Satria FU kesayangan mereka. Konon katanya, keunggulan utama CDI predator ini adala kemampuannya memproduksi api gede 320volt 480mC dan mempertahankan kekuatan api besar ini konstan sampai ke puncak RPM mesin. Kekuatan api ini adalah hasil dari teknologi risetan Predator yang disebut High Power Auto Release Discharge System (HARDS). Mengandalkan teknologi ini, api besar sanggup bertahan sampai putaran tinggi tapi suhu CDI bisa dijaga tetap dingin.
CDI Predator 8 MAPDilihat dari fiturnya, pembanding paling pas untuk CDI predator ini adalah Rextor Adjustable dan BRT Dualband. Karena Predator ini juga bertipe Fixed CDI, namun telah dipersenjatai dengan 8 pilihan mapping kurva pengapian yang bisa dipilih dengan memutar switch pengatur di badan cdi. Setiap map yang ditanamkan di CDI ini merupakan kurva pengapian hasil riset tim Predator pada FU standar dengan pengujian output power diatas mesin dynotest. Untuk limiter tetap dipasang dari sananya supaya gak kebablasan, tapi batas limiternya diset jauh lebih tinggi dari standar yaitu di 14.500 RPM. CDI predator ini juga tidak alergi dengan koil tertentu, jadi tetap optimal kalau dipasangkan dengan semua jenis koil, baik koil orisinil maupun koil racing/aftermarket. Juga tak perlu khawatir cdi rusak akibat aki tekor karena CDI predator juga telah dilengkapi dengan fitur Under Voltage Lockout Circuit (UVLO).
Ada yang menarik dari pilihan kurva pengapian yang ditanamkan di CDI predator. Menurut Mas Joe, sang penemu CDI predator ini, para pengguna predator tak perlu khawatir knocking/ngelitik walau motornya pakai bensin premium yang beroktan rendah, karena 8 mapping pengapian cdi predator ini telah diriset dengan acuan bahan bakar premium. Hmm..pantas saja kalau diperhatikan di gravik kurva predator dibawah ini, top timing nya diset tak lebih dari 35 derajat sebelum TMA. Perbedaan derajat top timing dari kurva 0 – 7 pun tak lebih dari 2″ dan tidak linear kenaikannya. Hanya pola penataan kurvanya dibuat bervariasi supaya karakternya beda-beda setiap kurva.
Berikut ini mapping kurva pengapian CDI predator untuk Satria FU:
Kurva Pengapian CDI Predator Satria FU
Soal harga, CDI Predator juga sangat kompetitif. Untuk Satria FU, cdi mungil ini bisa ditebus dengan harga 450rb saja. Distribusi penjualannya memang masih terbatas, hanya ada di reseller reseller tertentu. Untuk yang berminat atau ingin lebih mengenal lebih jauh tentang profil cdi ini, silahkan kunjungi fan page Facebook nya disini.
———————-
Pemirsa, itulah tadi profil 5 CDI Racing yang banyak dipercaya oleh rider Satria FU harian untuk mendongkrak performa FU nya. Tentu saja daftar ini tidaklah lengkap, masih banyak cdi-cdi lain dengan harga yang lebih mahal namun toh tetap diburu para FUers. Sebut saja misalnya, CDI DBS, CMS, Shindengen E7, LEK Stage 2, BRT I-Imax, Rextor Programable, Andrion XP LE 4 Power dan 6 power, dll.
Diluar daftar yang sudah diulas atas, sebetulnya ada 3 lagi CDI yang menurut saya pantas dipertimbangkan karena harganya juga terjangkau. Ketiga CDI itu adalah CDI Kawahara, CDI Varro, dan CDI Denso Thailand. CDI kawahara fiturnya mirip dengan Predator atau Rextor Adustable, diengkapi 3 pilihan map + pengatur pulser. Harganya pun sama sekitar 500rb. Sedangkan CDI Varro dan CDI Denso Thailand adalah dua CDI yang sama-sama menganut mapping CDI standar tapi sudah Unlimiter. Walo kurvanya standar, tapi tetap mampu mendongkrak tarikan motor lebih mantap dan nafas lebih panjang. CDI varro dibandrol sekitar 250rb, sedangkan CDI Denso Thailand dijual dikisaran harga 350rb saja.
Mana diantara sekian CDI ini yang terbaik?
Semuanya Terbaik, dan kita patut berbangga hati karena semua CDI diatas adalah hasil kreasi anak negeri, ciptaan putera indonesia.
Semuanya memiliki fitur dan keunggulan masing-masing. Senang otak- atik pengapian? silahkan pilih cdi yang multimap (adjustable atau programmable). Mau yang praktis praktis, pilih yang single map juga gak masalah selama cocok dengan kebutuhan motor. Jika anda ragu, saya sarankan coba dulu meminjam CDI racing milik teman, pasang di motor anda, rasakan sendiri. Cocok beli, kurang cocok coba cari tester lagi merk lain. Jangan segan join dengan komunitas sesama FUers, supaya banyak referensi, dan banyak bahan pinjaman bwt tester, hehehe.
Oke pemirsa, saya rasa itu saja yang bisa saya sharing kali ini. Dua minggu kedepan, saya juga kebagian tugas kantor keluar kota lagi, kali ini ke pulau dewata. Mudah-mudahan saja disela-sela waktu yang sempit ini, saya masih sempat menulis artikel baru untuk anda. Doakan saja ya ^_^

Salam saya ...

( Setya Budi Tama ) 

*GasPool*