Satria FU !!!
5 CDI RACING FAVORIT PENDONGKRAK PERFORMA SATRIA FU STANDAR | Versi satria155.com
1. BRT (HYPERBAND DAN DUALBAND)

Tak bisa dipungkiri, inilah salah satu merk CDI racing yang paling
populer di tanah air, tidak hanya di kalangan FU tapi juga di kalangan
motor lain. Reputasi CDI BRT sudah dikenal luas bahkan sampai ke negeri
seberang sana. Pilihan produk yang lengkap tersedia untuk semua jenis
kebutuhan dan tipe motor menjadi salah satu keunggulannya. CDI ini juga
dikenal bandel alias awet, mungkin karena insinyurnya, -pak Tommy Huang-
telah membenamkan fitur Automatic Low Voltage Protection (ALVP) yang
mampu melindungi CDI rancangannnya ini dari salah satu penyebab
terbanyak kerusakan CDI; aki tekor.
Nah, diantara berbagai pilihan CDI BRT yang tersedia dipasaran, yang
paling favorit diaplikasi di kalangan pengguna Satria FU adalah Tipe BRT
Hyperband dan BRT Dualband (pada pengembangan terbaru dikenal sebagai
BRT Powermax Series). Walau sudah sangat populer, namun dikalangan rider
pemula yang sedang berburu cdi racing, seringkali ada saja yang masih
belum mengerti, Apa sih bedanya tipe hyperband dan dualband ini?
BRT Hyperband
Begini saja, biar gak bingung, anggap saja Tipe Hyperband ini seperti
halnya CDI standar anda, tapi tanpa limiter atau pembatas rpm. CDI
Hyperband yang unlimiter ini diklaim mampu melayani putaran mesin hingga
20ribu RPM. Inilah mungkin kenapa disebut sebagai Hyperband, karena
rentang rpm yang bisa dicapai oleh motor jadi lebih ‘hyper’, lebih
lebar. Sehingga memungkinkan anda mengail puncak tenaga motor lebih
tinggi dari biasanya. Dengan cdi ini,Satria FU pun bisa digeber sampai
batas kemampuan rpm maksimalnya, gak lagi terhambat limiter cdi standar
yang bikin brebet begitu menyentuh 11rb rpm. Pemasangannya pun simpel
seperti halnya cdi standar, tinggal colok langsung bisa grengg. Tak
perlu pencet pencet tombol atau otak atik pengapian lagi. Karena memang
cdi ini hanya memiliki satu kurva pengapian saja didalam memorinya. Tapi
walaupun cuma satu kurva, tentu saja kurva ini merupakan kurva
pengapian yang sudah dioptimasi dan dikembangkan terlebih dahulu oleh
tim riset para master cdi di markas Bintang Racing Team, Cibinong Bogor.
Lalu kalo BRT Dualband bagaimana?
Ya sesuai namanya, jika pada hyperband hanya menganut kurva pengapian
tunggal, maka didalam memori cdi DUALband ditanamkan DUA jenis kurva
pengapian berbeda. Dua kurva ini bisa diaktifkan atau dinonaktifkan
bahkan ketika motor dalam kondisi jalan. Sebut saja kurva A dan kurva B,
kedua kurva ini memiliki perbedaan dalam derajat timing pengapiannya
sebanyak 2 derajat (2”). Jadi kurva B lebih advance 2” daripada kurva A.

Apa fungsinya dua kurva berbeda ini? tentu saja untuk menyesuaikan
dengan kebutuhan penggunaan motor, dan juga spek setiap motor yang bisa
berbeda. Terutama terkait dengan kompresi mesin, oktan bahan bakar,
debit bahan bakar, cc, dan modifikasi sektor mesin lainnya.
Ada 4 jenis kurva pengapian yang dirancang BRT untuk CDI Dualband, yaitu
Kurva Standar, Tune Up, Racing, dan Kompetisi. Keempat pilihan kurva
ini dipasang-pasangkan dalam 3 tipe CDI Dualband yang berbeda untuk
disesuaikan dengan spek dan kebutuhan mesin yaitu :
#Dualband Tipe ST (Standar/Tune Up) :
Kurva A adalah kurva Standard tanpa limiter (kurva yang dipakai di
hyperband), kurva B adalah Kurva Tune Up dengan timing pengapian 2”
lebih tinggi (advance) dari Standar.
Direkomendasikan untuk Mesin Standard dan Semi Tune Up, Bahan bakar Premium/Pertamax, Kompresi 9:1 s.d 10,5 : 1
#Dualband Tipe TR (Tune Up / Racing) :
Kurva A adalah kurva Tune Up, Kurva B adalah Kurva Racing dengan dengan
timing pengapian 2” lebih tingi (advance) dari kurva tune up.
Direkomendasikan untuk Mesin Semi Tune Up dan Full Modifikasi, Bahan bakar Pertamax plus/bensol, Kompresi 10,5:1 s.d 13,8 : 1
#Dualband Tipe RK (Racing/Kompetisi) :
Kurva A adalah Kurva Racing, Kurva B adalah kurva Kompetisi dengan timing pengapian 2” lebih tinggi (advance) dari kurva Racing.
Direkomendasikan untuk Mesin Full Modifikasi / Race Only, Bahan bakar Bensol, Kompresi 12,3 :1 s.d 16 : 1
Bicara distribusi penjualan, tipe CDI ini baik BRT Hyperband maupun
Dualband dapat ditemukan dengan mudah di berbagai toko speedshop baik
offline maupun online. Soal harga memang kadang variatif, tapi tak jauh
dari rentang harga Rp. 500 – 550 rb.
O iya, untuk CDI BRT ini tidak disarankan dipasangkan dengan koil racing
aftermarket. Pabrikannya lebih menganjurkan dipasangkan dengan koil
orisinil motor untuk mendapatkan performa terbaik dari CDI BRT ini.
2. REXTOR (TUNABLE DAN ADJUSTABLE)
Nama besar Rextor memang tak perlu diragukan lagi sebagai salah satu
brand cdi papan atas di tanah air, dan terutama sangat terkenal dengan
CDI programable-nya. Deretan CDI Programable kelas atas seperti Rextor
Monster dan Rextor Pro Drag sudah sejak lama jadi andalan tim-tim balap
motor baik diajang road race maupun drag bike. Toh, diluar deretan CDI
programable nan canggih berharga jutaan ini, rextor juga menyediakan
pilihan CDI racing non-programable untuk kategori kelas pemula alias
Entry Level dengan harga yang lebih terjangkau. Jika dikelas ini BRT
punya Hyperband dan Dualband, maka Rextor juga punya dua jagoan andalan
sebagai tandingan, yaitu Rextor Tunable dan Rextor Adjustable,
dua-duanya tersedia untuk Satria FU.
Rextor Tunable adalah versi paling ekonomis dari
lini produk CDI Rextor dengan satu kurva pengapian atau single map yang
sudah dioptimasi oleh tim riset Rextor dan konon sanggup melayani
putaran mesin s.d 21.500 RPM. Kelebihan dari Rextor Tunable adalah
karena disediakannya fitur PPA atau Pulse Position Adjuster.

Apa fungsi dari PPA ini?
Anda mungkin pernah mendengar tentang modifikasi timing pengapian secara
manual yang suka ditempuh mekanik dengan cara modifikasi sensor pick up
pulser yang berada di magnet motor dengan tujuan untuk menggeser timing
pengapian.
Nah, fitur PPA di CDI rextor ini berfungsi sebagai pengatur posisi
pulser namun dengan cara digital, jadi tak perlu lagi maen bubut
tonjolan pick up pulser, cukup dengan memutar PPA ke kiri atau kekanan
pakai obeng min. Secara otomatis semua timing atau kurva pengapian dari
langsam sampai top timing akan bergeser maju atau mundur sesuai putaran
PPA. Dengan fitur PPA pengatur posisi pulser ini, timing pengapian motor
di semua RPM dapat digeser maju (advance) ataupun mundur (retard)
sampai dengan max 4 derajat dari posisi standarnya. Mungkin itulah
kenapa cdi ini disebut “Tuneable”, artinya bisa di “tuning” lagi untuk
mencari kurva pengapian yang lebih pas sesuai kebutuhan mesin.
Lalu bagaimana dengan Rextor Adjustable? Apa bedanya dengan versi Tunable?
Simpelnya begini, versi Adjustable menawarkan opsi ‘tuning’ yang
lebih luas dibanding versi Tunable. Karena selain dibekali fitur PPA,
didalam memori CDI Rextor Adjustable ini juga telah dibenamkan 16
pilihan kurva pengapian berbeda hasil riset dari pabrikan Rextor,
semuanya disimpan dalam satu unit CDI ini. Setiap pilihan kurva ini
dapat diaktifkan dengan memutar tombol selector di badan CDI yang
disebut MMS (Map Selector Switch).

Jika di BRT Dualband pilihan kurvanya dinamai dengan sebutan
Standar/Tune Up/Racing/Kompetisi, maka di rextor adjustable ada 16 Kurva
yang dilabeli dengan 10 angka dan 6 Huruf, yaitu Kurva 0 – 9 , dan
kurva A – F.
Kurva 0 s.d 3 adalah variasi mapping pengapian CDI standar yang sudah
dioptimasi oleh rextor sehingga punya karakter yang berbeda.
Map 0 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang terbagi merata disetiap putaran mesin
Map 1: Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) yang dioptimalkan di putaran 1000 – 6000rpm (putaran bawah)
Map 2 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 4000 – 8000rpm (putaran tengah).
Map 3 : Maping cdi standar dengan karakter powerband (rentang tenaga) dioptimalkan di putaran 8000 – 13000rpm (putaran atas)
Sedangkan 12 Map sisanya adalah kurva pengapian khusus, hasil
pengembangan tim riset rextor yang disiapkan untuk mesin yang sudah
mendapat sentuhan modifikasi. Jika di BRT antara satu Map kurva dengan
lainnya berbeda 2″ pengapian, kalau di Rextor adjustable setiap pilihan
map (Map 4 – 9 dan Map A-F) memiliki perbedaan derajat timing advance 1”
lebih maju. Timing advance paling tinggi ada di MAP F. Top timing diset
di RPM 10.000, dan sanggup melayani geberan mesin sampe sampai
21.500rpm. Lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Dengan berbagai fiturnya ini, Rextor adjustable dibandrol di kisaran
harga Rp.550.000,- sedangkan versi Tunable dilego lebih murah lagi,
sekitar Rp. 380.000.
3. ANDRION XP (301MC Stage 02)

Sekitar
4 tahun lalu, merk CDI ini sempat booming sekali dikalangan FUers.
Hadir dengan berbagai tingkatan produk, salah satu yang terlaris di
kalangan FUers adalah tipe XP HP7; CDI entry level dengan single map
fixed, dibandrol pada harga kisaran 500rb.

Dilihat
dari fiturnya, dulu XP HP7 adalah pembanding paling pas head to head
dengan BRT Hyperband. Sayangnya entah kenapa, tipe HP7 ini sekarang
sudah tidak diproduksi lagi.
Saat ini, tipe paling ekonomis yang tersedia untuk satria FU dari
deretan lini produk CDI Andrion XP adalah tipe 301 MC Stage 02 yang
dibandrol dengan harga 750rb. Dalam tingkatan produk Andrion XP, tipe
ini sejatinya merupakan pengembangan lanjutan dari tipe cdi dibawahnya
yaitu 301MC (yang juga sudah tak ada di pasaran), mungkin karena itu
dibelakang namanya kemudian disematkan label Stage 02. Sehingga sering
juga disebut sebagai XP 2 Power. Mungkin karena dispesifikasinya
disebutkan bahwa cdi ini didesain dengan sistem Double Phase System
alias dua tenaga penggerak (saya juga gak terlalu mudeng apa artinya,
maklum awam bro hehe), yang jelas menurut pabrikannya; khasiatnya supaya
sanggup menciptakan api yang tebal dan padat secara konstan sampai rpm
tinggi.

Dengan ukuran cdi yang sedikit bongsor, 301 Stage MC 02 ini menjanjikan
suplai pengapian stabil dan konstan 370 – 375 Volt yang diklaim sanggup
melayani kitiran mesin hingga 40.000 RPM sekalipun. Walaupun merupakan
jenis CDI Fixed alias satu kurva pengapian tetap, tapi cdi ini juga
telah dilengkapi fitur Advancer System, berupa switch pengatur timing
advance yang terletak di badan cdi. Cara kerjanya mirip dengan fitur PPA
di rextor tuneable dan adjustable, timing pengapian dapat dimajukan
atau dimundurkan secara manual dengan memutar switch pengatur
menggunakan obeng min.

Workshop CDI XP yang dikomandani bro Andres ini bermarkas di Pondok
Gede, Jakarta Timur. Untuk informasi lebih lengkap tentang CDI ini
silahkan mengunjungi halaman Fanpage Facebook XP Andrion
4. CHEETAH POWER
Kehadiran CDI Cheetah Power di pasar CDI tanah air harus diakui
merupakan sebuah terobosan baru yang membawa angin segar. Jika dulu cdi
tipe programmable dikenal mahal dan hanya lumrah dipakai oleh motor
motor balap saja, maka Cheetah Power membuat gebrakan dengan menelurkan
beragam pilihan CDI programmable tapi dengan harga yang terjangkau dan
mudah diaplikasikan di motor-motor harian. Dari mulai kelas termurah
dibawah 500rb sampai harga jutaan pun tersedia, dan asyiknya: semuanya
full programmable. Didalam paket pembelian CDI ini sudah komplit
disertakan kabel USB penghubung CDI ke laptop/pc serta Compact Disc (CD)
yang berisi software dan pdf petunjuk penggunaan. Bahkan didalam cd
juga dilengkapi dengan beberapa contoh mapping hasil riset Cheetah Power
untuk berbagai tipe motor yang bisa langsung dipakai ataupun
dimodifikasi lagi.

Menilik rentang harganya, tipe cdi cheetah power yang dapat
dikategorikan entry level (berdasarkan harga, bukan fitur) ada 3 tipe
yaitu tipe CP New Classic, CP New Amateur, dan CP Pro Mini. Tipe New
Classic dibandrol 425rb saat ini, Amateur dihargai 570rb, dan Pro Mini
770rb.
Apa perbedaan ketiga tipe CDI CP ini?
Secara garis besar, perbedaan utamanya terletak di output energy dan
kapasitas memori setiap cdi (jumlah map/kurva yang dapat disimpan di
dalam cdi). CP New Classic memiliki dua pilihan map yang dapat dipakai
untuk menyimpan dua mapping kurva pengapian, CP Amateur memiliki 3
pilihan map, sedangkan CP Pro Mini dibekali 10 map. Pengaktifannya sama
seperti halnya tombol switch pengatur kurva di BRT dualband, di CP
menggunakan ‘map selector’ yang dapat diaktifkan untuk memilih map dalam
kondisi motor mati ataupun hidup. Fitur unggulan lain yang ditanamkan
diketiga tipe CDI CP ini adalah adanya pilihan tipe lentikan busi, mau
Single Spark atau Multispark. Kalau saya tidak salah tafsir, multispark
ini artinya adalah kemampuan memantik percikan api busi secara berantai
atau berturut-turut (lebih dari sekali dalam tempo singkat). Tujuannya
supaya proses pembakaran lebih optimal, karena api busi mampu bertahan
lebih lama untuk membakar tuntas setiap molekul mixture bbm yang ada
diruang bakar.
Programmable gak plug n play?
Banyak rider merasa keder duluan kalau mendengar istilah ‘cdi
programmable’. Alasannya takut ribet, gak plug n play. Anggapan yang
salah, karena sebenarnya cdi programmable pun Plug n Play, tinggal
colok, bisa langsung gaspol. Bosen ya tinggal copot. Contohnya seperti
cheetah power ini, dari pabriknya sudah dibekali mapping timing
pengapian hasil riset cheetah power yang bisa langsung dipakai di motor.
Yang membedakan adalah ketika CDI ini sudah ada ditangan, si pemakai
memiliki opsi alias ‘kebebasan’ untuk memodifikasi lagi kurva pengapian
didalam cdi jika merasa kurang cocok dengan kurva bawaannya. Modifikasi
ini bisa berupa ubahan timing sebagian (hanya di rentang RPM yang dirasa
kurang, misalnya edit timing di putaran tengah saja) ataupun merombak
total keseluruhan kurva (menyusun ulang dari awal). Tapi jika si
pengguna ternyata sudah merasa puas dengan timing pengapian bawaan cdi
nya, ya sudah, tak perlu lagi diotak-atik, tak mesti colok-colok ke
laptop lagi.
Bagaimana cara setting cdinya?
#Buat rider yang baru pertama kali menyusun kurva pengapian, metode
pemograman cdi cheetah power ini juga cukup mudah untuk dipelajari dan
dipraktekan. Baca buku petunjuknya, install softwarenya di laptop/pc,
selanjutnya kita hanya perlu mengisi nilai-nilai derajat pengapian
disetiap rentang RPM yang tersedia. Susunan derajat pengapian yang kita
masukkan di tabel juga langsung divisualisasikan dalam bentuk grafik
kurva sehingga mudah dibaca. Kurva pengapian yang sudah ‘jadi’ bisa
langsung kita transfer ke memori CDI ataupun disave dulu di hard disk
komputer. Ada banyak contoh kurva yang dapat dijadikan patokan awal
untuk riset sendiri.
#Untuk menyusun kurva pengapian CDI Cheetah Power, timing pengapian
dapat disusun berjenjang setiap 50 RPM dengan nilai derajat
kenaikan/penurunan timing 0,25″. Jadi misalnya di RPM 2000 timing
pengapian diset 15”, maka kita bisa lanjut mulai RPM 2050 dengan timing
15,25”, RPM 2100 timing 15,50”, RPM 2150 timing 15,75” dst. Kalau
dihitung, total ada 489 step dari mulai RPM 600 s/d RPM 25000. Sangat
rapat dan detail, sehingga setiap perubahan timing di setiap rpm terasa
lebih halus dimesin.
#Jika merasa repot menyusun timing satu persatu per RPM, bisa juga
menggeser keseluruhan kurva dengan hanya merubah angka “Angle” posisi
pulser saja. Dengan cara merubah nilai Angle pulser ini, otomatis semua
timing dari rpm 600 s.d 25rb akan ikut bergeser juga. Di CDI Cheetah
power, kita juga bebas menset limiter di batas RPM berapapun sesuai
keinginan kita. Misalnya limiter ingin diset di RPM 13.500 untuk
antisipasi jangan sampai mesin jebol karena ketinggian RPM, maka kita
cukup mengisikan angka timing 0 dari mulai rpm 13.500 keatas, dijamin
motor brebet begitu menyentuh rpm 13.500.

Kebetulan, CDI cheetah power ini merupakan cdi racing pertama yang saya gunakan di
satria FU saya.
Waktu itu tipe yang saya pakai disebut CP300v, saya tebus dengan harga
300rb rupiah saja. Dulu kalau mau nyetingnya cukup repot karena memakai
keypad /remote. Setelah sempat berganti CDI, sekarang pun saya kembali
memakai cheetah power namun tipenya classic versi lama, sehingga
fitur-fiturnya tidak selengkap versi New Classic yang sekarang.
Workshop CDI Cheetah power ini dikomandani bro Rudi dan bermarkas di
daerah Muara Karang, Jakarta Utara.
5. PREDATOR

Dibandingkan
nama-nama CDI racing yang sudah disebutkan diatas, CDI Predator ini
terhitung paling muda alias new comer. Walau tergolong pendatang baru,
tapi gebrakannya tak bisa dianggap remeh lho pemirsa. Beberapa teman
FUers yang saya kenal sudah banyak yang mencicipi citarasa CDI Racing
made in kota gudeg Jogjakarta ini di Satria FU kesayangan mereka. Konon
katanya, keunggulan utama CDI predator ini adala kemampuannya
memproduksi api gede 320volt 480mC dan mempertahankan kekuatan api besar
ini konstan sampai ke puncak RPM mesin. Kekuatan api ini adalah hasil
dari teknologi risetan Predator yang disebut High Power Auto Release
Discharge System (HARDS). Mengandalkan teknologi ini, api besar sanggup
bertahan sampai putaran tinggi tapi suhu CDI bisa dijaga tetap dingin.

Dilihat
dari fiturnya, pembanding paling pas untuk CDI predator ini adalah
Rextor Adjustable dan BRT Dualband. Karena Predator ini juga bertipe
Fixed CDI, namun telah dipersenjatai dengan 8 pilihan mapping kurva
pengapian yang bisa dipilih dengan memutar switch pengatur di badan cdi.
Setiap map yang ditanamkan di CDI ini merupakan kurva pengapian hasil
riset tim Predator pada FU standar dengan pengujian output power diatas
mesin dynotest. Untuk limiter tetap dipasang dari sananya supaya gak
kebablasan, tapi batas limiternya diset jauh lebih tinggi dari standar
yaitu di 14.500 RPM. CDI predator ini juga tidak alergi dengan koil
tertentu, jadi tetap optimal kalau dipasangkan dengan semua jenis koil,
baik koil orisinil maupun koil racing/aftermarket. Juga tak perlu
khawatir cdi rusak akibat aki tekor karena CDI predator juga telah
dilengkapi dengan fitur Under Voltage Lockout Circuit (UVLO).
Ada yang menarik dari pilihan kurva pengapian yang ditanamkan di CDI
predator. Menurut Mas Joe, sang penemu CDI predator ini, para pengguna
predator tak perlu khawatir knocking/ngelitik walau motornya pakai
bensin premium yang beroktan rendah, karena 8 mapping pengapian cdi
predator ini telah diriset dengan acuan bahan bakar premium. Hmm..pantas
saja kalau diperhatikan di gravik kurva predator dibawah ini, top
timing nya diset tak lebih dari 35 derajat sebelum TMA. Perbedaan
derajat top timing dari kurva 0 – 7 pun tak lebih dari 2″ dan tidak
linear kenaikannya. Hanya pola penataan kurvanya dibuat bervariasi
supaya karakternya beda-beda setiap kurva.
Berikut ini mapping kurva pengapian CDI predator untuk Satria FU:

Soal harga, CDI Predator juga sangat kompetitif. Untuk Satria FU, cdi
mungil ini bisa ditebus dengan harga 450rb saja. Distribusi penjualannya
memang masih terbatas, hanya ada di reseller reseller tertentu. Untuk
yang berminat atau ingin lebih mengenal lebih jauh tentang profil cdi
ini, silahkan kunjungi fan page Facebook nya
disini.
———————-
Pemirsa, itulah tadi profil 5 CDI Racing yang banyak dipercaya oleh
rider Satria FU harian untuk mendongkrak performa FU nya. Tentu saja
daftar ini tidaklah lengkap, masih banyak cdi-cdi lain dengan harga yang
lebih mahal namun toh tetap diburu para FUers. Sebut saja misalnya, CDI
DBS, CMS, Shindengen E7, LEK Stage 2, BRT I-Imax, Rextor Programable,
Andrion XP LE 4 Power dan 6 power, dll.
Diluar daftar yang sudah diulas atas, sebetulnya ada 3 lagi CDI yang
menurut saya pantas dipertimbangkan karena harganya juga terjangkau.
Ketiga CDI itu adalah CDI Kawahara, CDI Varro, dan CDI Denso Thailand.
CDI kawahara fiturnya mirip dengan Predator atau Rextor Adustable,
diengkapi 3 pilihan map + pengatur pulser. Harganya pun sama sekitar
500rb. Sedangkan CDI Varro dan CDI Denso Thailand adalah dua CDI yang
sama-sama menganut mapping CDI standar tapi sudah Unlimiter. Walo
kurvanya standar, tapi tetap mampu mendongkrak tarikan motor lebih
mantap dan nafas lebih panjang. CDI varro dibandrol sekitar 250rb,
sedangkan CDI Denso Thailand dijual dikisaran harga 350rb saja.
Mana diantara sekian CDI ini yang terbaik?
Semuanya Terbaik, dan kita patut berbangga hati karena semua CDI diatas
adalah hasil kreasi anak negeri, ciptaan putera indonesia.
Semuanya memiliki fitur dan keunggulan masing-masing. Senang otak- atik
pengapian? silahkan pilih cdi yang multimap (adjustable atau
programmable). Mau yang praktis praktis, pilih yang single map juga gak
masalah selama cocok dengan kebutuhan motor. Jika anda ragu, saya
sarankan coba dulu meminjam CDI racing milik teman, pasang di motor
anda, rasakan sendiri. Cocok beli, kurang cocok coba cari tester lagi
merk lain. Jangan segan join dengan komunitas sesama FUers, supaya
banyak referensi, dan banyak bahan pinjaman bwt tester, hehehe.
Oke pemirsa, saya rasa itu saja yang bisa saya sharing kali ini. Dua
minggu kedepan, saya juga kebagian tugas kantor keluar kota lagi, kali
ini ke pulau dewata. Mudah-mudahan saja disela-sela waktu yang sempit
ini, saya masih sempat menulis artikel baru untuk anda. Doakan saja ya
^_^
Salam saya ...
( Setya Budi Tama )
*GasPool*